Siapa Penemu Kalender Masehi dan Kenapa Februari Cuma 28 Hari?
Setiap hari kita melihat kalender. Kita mencatat ulang tahun, deadline kerja, tanggal merah, atau sekadar menghitung hari libur. Tapi pernah nggak kamu bertanya-tanya, siapa sih yang pertama kali bikin kalender seperti yang kita pakai sekarang? Kenapa bulan Januari 31 hari, Maret juga 31, tapi Februari cuma 28—kadang 29?
Ternyata, di balik kalender yang tampak biasa itu, ada sejarah panjang yang melibatkan kaisar, astronom, bahkan paus! Yuk, kita telusuri bareng-bareng.
Kalender Masehi: Warisan dari Julius Caesar
Kalender Masehi yang kita pakai sekarang dasarnya berasal dari Kalender Julius, yang diperkenalkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 sebelum Masehi (SM). Sebelumnya, bangsa Romawi punya sistem kalender yang kacau dan nggak sesuai dengan peredaran matahari. Akibatnya, musim sering bergeser dan perayaan keagamaan jadi tidak tepat waktu.
Caesar, dengan bantuan seorang astronom Mesir bernama Sosigenes, memperbaiki sistem itu. Mereka menetapkan bahwa:
Satu tahun terdiri dari 365 hari,
Dan setiap 4 tahun sekali ditambahkan 1 hari ekstra untuk menyesuaikan dengan peredaran bumi mengelilingi matahari (yang sebenarnya butuh sekitar 365,25 hari).
Inilah asal mula tahun kabisat. Bulan Februari jadi tempat menambahkan hari ekstra itu.
Kenapa Jumlah Hari Tiap Bulan Tidak Sama?
Awalnya, Julius Caesar membagi bulan dengan lebih merata. Tapi ada campur tangan politik juga, lho!
Setelah Caesar wafat, bulan kelima (yang dulu bernama Quintilis) diubah menjadi Julius (Juli) sebagai penghormatan untuknya. Beberapa tahun kemudian, Kaisar Augustus juga ingin bulan keenam dinamai sesuai namanya: Augustus (Agustus).
Masalahnya, bulan Juli punya 31 hari, sedangkan Agustus cuma 30. Masa kalah sama Julius? Maka diputuskanlah Agustus juga dibuat 31 hari. Untuk menyeimbangkan jumlah hari dalam setahun, akhirnya hari diambil dari bulan Februari, menjadikannya hanya 28 hari—atau 29 saat tahun kabisat.
Cerita ini sering disebut-sebut sebagai asal-usul kenapa Februari pendek. Walau ada perdebatan di kalangan sejarawan apakah ini 100% akurat, versi ini tetap menarik karena menunjukkan bagaimana politik bisa memengaruhi kalender!
Kalender Gregorian: Koreksi dari Paus
Tapi ternyata, kalender Julius masih kurang presisi. Selisih kecil 0,0078 hari per tahun (karena tahun sebenarnya ≈ 365,2422 hari) menyebabkan pergeseran musim sebesar 1 hari setiap 128 tahun. Lama-lama, perayaan keagamaan seperti Paskah jadi bergeser dari musim yang seharusnya.
Maka, pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan Kalender Gregorian untuk memperbaiki hal ini. Perubahannya cukup signifikan:
- 10 hari dihilangkan dari kalender saat itu (tanggal 4 Oktober langsung lompat ke 15 Oktober!),
- Sistem tahun kabisat diperketat:
- Tahun habis dibagi 4 = kabisat,
- Kecuali jika habis dibagi 100,
- Kecuali lagi kalau juga habis dibagi 400 → maka tetap kabisat.
Contoh:
- Tahun 2000 = kabisat (karena habis dibagi 400),
- Tahun 1900 = bukan kabisat (karena hanya habis dibagi 100, bukan 400).
Sistem inilah yang masih kita pakai sampai sekarang di seluruh dunia.
Penutup: Kalender Bukan Sekadar Angka
Ternyata, kalender bukan cuma soal tanggal dan bulan. Di baliknya ada sejarah, ilmu astronomi, bahkan ego penguasa. Hal-hal kecil seperti "kenapa Februari cuma 28 hari" ternyata punya cerita panjang yang menyenangkan untuk diselami.
Jadi, lain kali kamu buka kalender, coba deh tengok sekilas bulan Februari. Meskipun paling pendek, dia menyimpan cerita sejarah yang nggak kalah panjang!