Di Mulai dari Kampung ikut mencerdaskan Bangsa

Tampilkan postingan dengan label Dunia Remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Remaja. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Juni 2025

"Apa Harapan Ayah untuk Aku?" — Sebuah Percakapan Saat Senja


Senja itu datang dengan tenangnya. Langit berubah warna, dari biru muda menjadi jingga keemasan. Angin sore membelai lembut rambut putriku yang duduk di sampingku. Ia menggenggam jari-jariku yang mulai mengeras oleh usia dan kerja. Lalu ia bertanya, dengan suara pelan yang terdengar seperti doa,

“Ayah, apa sih harapan Ayah buat aku nanti?”

Aku terdiam sejenak. Bukan karena tidak tahu jawabannya. Tapi karena pertanyaan itu, walau singkat, menyentuh ruang terdalam dalam diriku sebagai ayah.


Bukan Tentang Sukses atau Jabatan Tinggi

Nak, banyak orang tua berharap anaknya menjadi orang sukses — punya jabatan tinggi, harta berlimpah, gelar yang panjang. Tapi harapan Ayah berbeda.

Ayah tidak akan kecewa jika kamu tidak jadi orang terkaya di dunia. Tapi Ayah akan sedih jika kamu kehilangan rasa syukur dan empati di hatimu. Harapan Ayah adalah agar kamu tetap tahu bagaimana caranya menjadi manusia — yang tahu kapan harus berjuang, kapan harus memaafkan, dan kapan harus bersyukur.


Jadilah Perempuan yang Punya Prinsip, Tapi Lembut Hatinya

Dunia ini tidak selalu adil, Nak. Tapi Ayah harap kamu tetap bisa berdiri tegak dengan nilai-nilai yang kamu pegang. Jangan mudah ikut arus hanya demi diterima. Tapi juga jangan keras hati hingga lupa bagaimana cara mendengar.

Jadilah seperti bunga yang kuat akarnya, tapi tetap wangi dan mekar saat disentuh lembut oleh angin.


Jangan Takut Gagal, Asal Kamu Mau Bangkit

Ayah tidak berharap hidupmu lurus dan tanpa luka. Ayah tahu kamu akan terjatuh, terluka, mungkin menangis sendirian di malam hari. Tapi Ayah harap kamu tidak menyerah. Kamu boleh gagal, tapi jangan pernah kehilangan keberanian untuk mencoba lagi.

Ingat, kamu tidak harus selalu kuat. Tapi kamu harus selalu jujur pada dirimu sendiri.


Dan Kelak, Jika Kamu Menjadi Ibu…

Jika Tuhan mempercayakanmu menjadi seorang ibu kelak, Ayah hanya punya satu harapan: cintailah anakmu sebagaimana kamu dicintai — dengan doa yang tidak pernah putus, dengan pelukan yang tidak pernah menuntut balasan.


Penutup: Senja Akan Datang dan Pergi, Tapi Harapan Ayah Selalu Ada

Senja hari itu, kamu hanya bertanya satu hal. Tapi bagi Ayah, pertanyaanmu membuka pintu pada ribuan harapan kecil yang selama ini Ayah simpan diam-diam.

Harapan itu tidak akan Ayah paksakan padamu. Tapi Ayah akan terus doakan, dengan diam yang panjang, dengan senyum yang lirih, setiap kali kamu melangkah — agar kamu tahu, di mana pun kamu berada, ada satu hati yang selalu percaya padamu.

Minggu, 18 Mei 2025

Menjadi Teman yang Baik: Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Perempuan yang Peduli dan Supportif


Di era sekarang, kemampuan anak perempuan untuk menjadi teman yang baik bukan hanya soal kemampuan sosial, tapi juga bagian penting dari pendidikan karakter. Sejak kecil, anak perlu belajar bagaimana hadir untuk orang lain, mendengarkan, memberi semangat, dan menjadi teman sejawat yang tulus—bukan sekadar rekan bermain, tapi sosok yang bisa dipercaya dan menguatkan satu sama lain.

Sebagai orang tua, peran kita sangat penting dalam membentuk kepribadian ini. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung anak perempuan agar tumbuh menjadi pribadi yang suportif dalam pertemanan:


1. Ajarkan Empati Sejak Dini

Empati adalah kunci utama dalam membangun hubungan yang sehat. Anak yang mampu merasakan perasaan orang lain akan lebih mudah menjadi teman yang peduli.

🔹 Contoh:

Saat anak bercerita tentang temannya yang sedih karena nilai jelek, orang tua bisa berkata, "Bagus kamu mendengarkan dia. Mungkin kamu bisa bantu dia belajar lain kali?"


2. Jadilah Teladan dalam Berteman

Anak belajar dari apa yang ia lihat. Saat orang tua menjaga hubungan baik dengan teman, membantu tetangga, atau berbicara dengan hormat, anak akan meniru sikap tersebut.

🔹 Contoh:

Libatkan anak saat Anda mengunjungi teman yang sedang sakit, dan tunjukkan bagaimana cara menunjukkan kepedulian lewat tindakan sederhana.


3. Dampingi Saat Anak Menghadapi Konflik Pertemanan

Konflik dalam pertemanan adalah hal wajar. Orang tua perlu hadir sebagai pendengar dan pembimbing, bukan sebagai hakim.

🔹 Contoh:

Daripada langsung menyalahkan teman anak, tanyakan, "Menurut kamu, apa yang bisa kamu lakukan supaya hubungan kalian bisa membaik?"


4. Bangun Kepercayaan Diri Anak

Anak yang percaya diri akan lebih mudah menjadi pendengar yang baik dan tidak merasa terancam oleh keberhasilan temannya. Ia akan lebih siap memberi semangat daripada merasa iri.

🔹 Tips:

Berikan pujian atas usaha, bukan hanya hasil. Dorong anak untuk mencoba hal-hal baru dan rayakan proses belajarnya.


5. Ajak Anak Berdiskusi tentang Arti Persahabatan

Momen santai seperti saat makan malam bisa jadi waktu emas untuk membahas topik ini.

🔹 Pertanyaan sederhana:

"Menurut kamu, teman sejati itu seperti apa?" atau "Apa yang paling kamu suka dari sahabatmu?"

Diskusi seperti ini akan membuka wawasan anak dan memperkuat nilai-nilai dalam dirinya.


6. Kenalkan Anak dengan Lingkungan Positif

Lingkungan memengaruhi cara anak berteman. Sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, hingga lingkungan keluarga besar bisa menjadi tempat belajar bersosialisasi secara sehat.

🔹 Tips:

Ajak anak aktif di kegiatan sosial seperti kerja bakti, pengajian anak-anak, atau kelompok hobi agar ia belajar bersosialisasi dengan berbagai karakter.


Penutup: Perempuan yang Tangguh, Peduli, dan Bersahabat

Menjadi teman sejawat yang suportif adalah bagian dari perjalanan tumbuh menjadi perempuan yang kuat dan berempati. Orang tua, khususnya ibu dan ayah, punya peran besar dalam membentuk karakter ini lewat teladan, pendampingan, dan kehangatan keluarga.

Karena dunia membutuhkan lebih banyak anak perempuan yang bukan hanya cerdas, tapi juga hangat, penuh kasih, dan mampu menjadi cahaya bagi sekitarnya—dimulai dari menjadi teman yang baik.


Menjadi Sehat dan Tangguh: Tips Kesehatan untuk Remaja Perempuan di Masa Menstruasi


Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan seorang perempuan. Di usia ini, tubuh mengalami banyak perubahan, termasuk datangnya menstruasi. Perubahan hormon, pertumbuhan fisik, dan tekanan sosial bisa menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, sangat penting bagi remaja perempuan untuk menerapkan pola hidup sehat yang seimbang agar tetap bugar, produktif, dan percaya diri—terutama saat menstruasi datang.


Berikut ini beberapa tips kesehatan yang praktis dan mudah diterapkan:


1. Pahami Siklus Menstruasi Sendiri

Mengetahui kapan menstruasi akan datang dapat membantu remaja lebih siap secara fisik dan emosional.

🔹 Tips:

Gunakan kalender atau aplikasi pelacak menstruasi. Catat tanggal mulai dan selesai haid, gejala yang dirasakan, serta perubahan suasana hati.

🔹 Manfaat:

Bisa menghindari kejutan saat menstruasi tiba dan membantu mengenali pola tubuh sendiri—apakah siklusnya teratur atau ada yang perlu dikonsultasikan ke dokter.


2. Jaga Pola Makan Bergizi

Saat menstruasi, tubuh kehilangan zat besi. Nutrisi yang seimbang akan membantu mengurangi rasa lelah, nyeri, dan perubahan emosi.

🔹 Tips:

Perbanyak konsumsi sayur hijau, ikan, telur, kacang-kacangan, dan buah segar. Kurangi makanan manis berlebihan, gorengan, dan makanan cepat saji.

🔹 Contoh Menu Sehat:

Sarapan dengan roti gandum, telur, dan buah. Makan siang dengan nasi, ayam panggang, sayur bayam, dan jus jeruk.


3. Tetap Aktif Bergerak

Olahraga ringan bisa membantu mengurangi kram perut dan meningkatkan suasana hati saat haid.

🔹 Tips:

Lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau peregangan 20–30 menit sehari, terutama jika tubuh terasa lelah atau pegal.

🔹 Manfaat:

Melancarkan aliran darah, membuat tidur lebih nyenyak, dan memperbaiki mood.


4. Tidur Cukup dan Kurangi Stres

Kurang tidur dan stres bisa memperparah gejala menstruasi seperti nyeri dan suasana hati yang buruk.

🔹 Tips:

Tidur minimal 7–8 jam sehari. Coba teknik relaksasi seperti tarik napas dalam, journaling, atau mendengarkan musik tenang.

🔹 Manfaat:

Tubuh lebih segar dan hormon lebih seimbang.


5. Jaga Kebersihan Saat Menstruasi

Kebersihan area kewanitaan sangat penting untuk mencegah infeksi.

🔹 Tips:

Ganti pembalut setiap 4–6 jam, cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut, dan bersihkan area kewanitaan dari depan ke belakang.


6. Jangan Malu Bertanya atau Bercerita

Menstruasi bukan hal tabu. Remaja perempuan perlu merasa nyaman membicarakannya dengan orang tua, guru, atau teman yang dipercaya.

🔹 Tips:

Jika merasa nyeri haid berlebihan, haid terlalu lama atau tidak teratur, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan.


Penutup: Sehat Itu Cantik dan Kuat

Menjadi remaja perempuan berarti belajar mengenal dan merawat tubuh sendiri. Menstruasi bukan hambatan untuk tetap aktif, ceria, dan berprestasi. Dengan pola hidup sehat yang konsisten, setiap remaja bisa melewati masa ini dengan lebih nyaman dan percaya diri.


Sabtu, 10 Mei 2025

"Ayah, Kenapa Bunda Tidak Berjilbab?" — Sebuah Obrolan Tentang Ajakan Seorang Anak Kepada Bundanya



“Ayah, kenapa Bunda tidak pakai jilbab?” tanyanya sambil menyuapkan nasi ke mulut bonekanya. Kalimat itu datang tiba-tiba, tapi tidak asal lewat.

Aku terdiam sejenak. Pertanyaannya sederhana, polos, tapi punya muatan yang besar. Ia hanya seorang anak perempuan yang sedang belajar tentang dunia, tentang iman, dan tentang bagaimana orang-orang di sekelilingnya membuat pilihan. Aku tahu, ini bukan cuma soal kain yang menutupi kepala. Ini tentang cara kami menjelaskan nilai, iman, dan cinta — tanpa menghakimi dan tanpa memaksakan.

Saat Pertanyaan Datang, Aku Belajar Mendengarkan

Aku menatap matanya yang bulat dan jernih. Ia tidak bertanya karena ingin membanding-bandingkan, apalagi menghakimi. Ia hanya ingin tahu. Mungkin ia pernah mendengar di sekolah, dari teman, atau dari cerita-cerita yang kami bacakan. Dan kini, ia ingin memahami dunia dengan logikanya sendiri.

Dalam hati, aku bergulat. Haruskah aku menjawab ini dengan dalil panjang? Haruskah aku memberi penilaian terhadap pilihan ibunya? Atau… ini justru kesempatan untuk mengajarinya sesuatu yang lebih penting: bagaimana cara berbicara dengan cinta.

“Nak, Kamu Boleh Mengajak, Tapi Tidak Menghakimi”

Akhirnya aku berkata:

“Nak, memakai jilbab adalah anjuran dalam agama kita, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi setiap orang punya perjalanan imannya masing-masing. Bunda, seperti semua orang, sedang dalam perjalanannya juga. Kamu boleh, dan bahkan baik, jika ingin mengajak Bunda dengan lembut. Tapi ajakan itu harus datang dari cinta, bukan paksaan.”

Ia mengangguk kecil, seolah menangkap sebagian besar maksudku. Lalu ia bertanya lagi, “Kalau aku nanti pakai jilbab, Bunda marah nggak?”

Aku tersenyum, memeluknya.

“Bunda akan bangga. Karena kamu sudah memilih dengan hatimu. Dan kamu juga harus belajar, kalau pilihan orang lain tidak selalu sama dengan pilihanmu — tapi itu tidak membuat mereka jadi lebih buruk darimu.”

Di Dalam Rumah, Kami Belajar Bertumbuh Bersama

Anak-anak adalah peniru ulung. Tapi lebih dari itu, mereka adalah pengamat yang tajam. Mereka belajar bukan hanya dari buku agama atau guru di sekolah — tapi dari cara ayahnya menjawab, dari cara ibunya bersikap, dari cara keluarga menanggapi perbedaan.

Dalam obrolan singkat itu, aku berharap ia belajar tiga hal: bahwa agama adalah perjalanan, bahwa cinta tidak pernah memaksa, dan bahwa keluarga adalah tempat terbaik untuk bertanya — bahkan untuk hal-hal yang paling sensitif sekalipun.

Menanamkan Nilai, Bukan Hanya Aturan

Kami ingin membesarkan anak yang paham bahwa dalam hidup ini, tidak semua hal hitam dan putih. Ada banyak warna di antaranya. Dan tugas kita sebagai orang tua bukan hanya menunjukkan mana yang benar, tapi juga bagaimana cara menyampaikan kebenaran dengan kasih.

Kami ingin ia tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengajak, tanpa menyakiti. Yang bisa berbeda, tanpa merasa lebih baik. Dan yang bisa taat, tanpa merendahkan.

Ajakan dari Anak Adalah Doa yang Tulus

Ketika anak mengajak bundanya untuk mengenakan jilbab, itu bukan kritik, bukan penolakan — itu doa dalam bentuk yang paling polos. Tapi doa juga harus dibarengi dengan penghormatan pada proses orang lain.

Semoga kelak, jika Bunda memutuskan untuk mengenakan jilbab, itu bukan karena tekanan, melainkan karena ajakan yang penuh cinta dari seorang anak — dan karena keyakinan yang tumbuh dari hati.


Jumat, 08 Maret 2024

Makanan Sehat yang Sangat Baik buat Remaja Perempuan!


Di antara banyak masalah yang dihadapi oleh anak perempuan, malnutrisi merupakan salah satu menjadi masalah utama.Sebuah penelitian bahkan menyebutkan bahwa di beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah, kejadian gizi buruk pada remaja perempuan cukup tinggi dan menyebabkan kesehatan yang buruk, gangguan gizi serta masalah perkembangan biologis.

Guna menghindari permasalahan tersebut, solusi yang bisa dilakukan adalah mengonsumsi makanan yang tepat, dan berikut beberapa daftar makanan yang baik dikonsumsi bagi remaja perempuan seperti dilansir Boldsky.

1. Makanan kaya zat besi
Menurut sebuah penelitian, kekurangan zat besi tinggi pada remaja perempuan cukup tinggi. Makanan kaya zat besi di antaranya adalah daging merah, kacang, unggas dan sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
2. Probiotik
Banyak penelitian yang mengatakan bahwa perkembangan otak remaja dipengaruhi oleh mikrobiota usus sehingga poros mikrobiota-usus-otak yang sehat dapat membantu dalam pencegahan gangguan kejiwaan pada masa remaja, seperti kecemasan, psikosis dan gangguan makan.
3. Buah-buahan
Buah-buahan merupakan salah satu bahan makanan yang paling dibutuhkan oleh remaja perempuan karena tidak hanya memberikan manfaat kesehatan yang luar biasa tetapi juga mencegah risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Buah-buahan seperti jeruk, semangka, lemon, pepaya dan alpukat bisa jadi pilihan.
4. Vitamin A
Vitamin A adalah nutrisi penting selain zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan remaja perempuan karena memainkan berperan dalam pematangan seksual, reproduksi dan meningkatkan kekebalan hingga mencegah risiko masalah kulit.
5. Biji-bijian utuh
Sebuah penelitian memperlihatkan tentang kaitan antara konsumsi biji-bijian dan pengurangan risiko penyakit kardiovaskular, kanker dan diabetes. Biji-bijian utuh sangat penting jadi bagian dari makanan remaja karena kaya akan nutrisi penting seperti karbohidrat, serat, protein dan folat.



Baca Selegkapnya
https://lifestyle.sindonews.com/read/322630/155/daftar-makanan-sehat-yang-sangat-baik-buat-remaja-perempuan-1612299725/10

Jumat, 13 November 2015

Emosi Pada Remaja

Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi. Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri.

Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya.

Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.


Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif.

Apa Sih Kecerdasan Emosional

Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.

Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.

3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).

Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional bukan merupakan lawan kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat.

Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu :

Mengenali Emosi Diri

Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.

Mengelola Emosi

Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.

Memotivasi Diri

Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut :
  • Cara mengendalikan dorongan hati ;
  • Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang ; 
  • Kekuatan berfikir positif ;
  • Optimisme ; dan
  • Keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya.

Mengenali Emosi Orang Lain

Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain.

Membina Hubungan Dengan Orang Lain

Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Dengan memahami komponen-komponen emosional tersebut diatas, diharapkan para remaja dapat menyalurkan emosinya secara proporsional dan efektif.

Dengan demikian energi yang dimiliki akan tersalurkan secara baik sehingga mengurangi hal-hal negatif yang dapat merugikan masa depan remaja dan bangsa ini.

PERKEMBANGAN PERILAKU REMAJA

Kenakalan Remaja
Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu sebagai berikut :
  • Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak.

Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untuk memberi mereka pilihan-pilihan yang memadai.

  • Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).

Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati- diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan.

Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik remaja juga memperngaruhi sikap dan perilaku. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh.

Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik,guru-guru, dan teman-teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik.

Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena remaja perempuan biasanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan social mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan justru pada saat remaja perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. More membahas
sebab-sebab mengapa remaja laki-laki tidak banyak berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber seperti halnya remaja perempuan:

Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung secara bertahap. Tidak terjadi secara serentak dengan kepesatan perkembangan seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan sama kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia mempunyai kesempatan lebih akrab untuk menyesuaikan dirinya.

Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku yang mengganggu daripada remaja laki-laki. Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil daripada remaja laki-laki, dan remaja perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan dan kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan Dunbar, “Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi…. Komunikasi adalah cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan”. Remaja yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi.

Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai berikut :
 
1. Ingin Menyendiri

Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada teman teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun, sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan ekperimen seks melalui masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain. Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya.

Erikson menyebutnya untuk menemukan identitas diri

2. Bosan

Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang menurun. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.

3. Inkoordinasi

Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan remaja akan merasa kikuk dan janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.

4. Antagonisme sosial

Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka anatara dua seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentarkomentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.

5. Emosi yang meninggi

Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu mengendalikan emosinya.

6. Hilangnya kepercayaan diri

Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak remaja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

7. Terlalu sederhana

Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member komentar yang buruk.


  • Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
a. Berpacaran

Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif terhadap perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran diselingi dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran berarti remaja tersebut modern dan tidak “kampungan”. Perkembangan terhadap informasi juga menjadi salah satu pendorong

b. Mengenal Media pornografi

Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada masa tersebut merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi tersebut memang sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui sekolah oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.

Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja memanfaatkannya untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung dengan harga yang relatif terjangkau).

Kebanyakan remaja menggunakan media pornografi di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja cenderung memilih di rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya sendiri akibat dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya dan cara penyampaian informasi yang tepat, agar remaja tidak salah menafsirkannya.

c. Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual

Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma. Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan dihadapi.

Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang untuk melakukannya. Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan rasa ingin tau.

Jika dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya

d. Mengalami berbagai Permasalahan Remaja

Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan maka jika terjadi kehamilan, remaja kebanyakan akan memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan.

Karakteristik Perilaku dan Kepribadian Remaja

Mmengenal karakteristik perilaku dan kepribadian pada masa remaja, yang terbagi ke dalam bagian dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 s.d. 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 s.d. 18-20 tahun) meliputi aspek : fisik, psikomotor, bahasa, kognitif, sosial, moralitas, keagamaan, konatif, emosi afektif dan kepribadian.

QRIS KCI

QRIS KCI

Anchor Rinaldi KCI

Lokasi Kegiatan

Pengunjung

Populer

Diberdayakan oleh Blogger.