Di Mulai dari Kampung ikut mencerdaskan Bangsa

Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Juni 2025

"Apa Harapan Ayah untuk Aku?" — Sebuah Percakapan Saat Senja


Senja itu datang dengan tenangnya. Langit berubah warna, dari biru muda menjadi jingga keemasan. Angin sore membelai lembut rambut putriku yang duduk di sampingku. Ia menggenggam jari-jariku yang mulai mengeras oleh usia dan kerja. Lalu ia bertanya, dengan suara pelan yang terdengar seperti doa,

“Ayah, apa sih harapan Ayah buat aku nanti?”

Aku terdiam sejenak. Bukan karena tidak tahu jawabannya. Tapi karena pertanyaan itu, walau singkat, menyentuh ruang terdalam dalam diriku sebagai ayah.


Bukan Tentang Sukses atau Jabatan Tinggi

Nak, banyak orang tua berharap anaknya menjadi orang sukses — punya jabatan tinggi, harta berlimpah, gelar yang panjang. Tapi harapan Ayah berbeda.

Ayah tidak akan kecewa jika kamu tidak jadi orang terkaya di dunia. Tapi Ayah akan sedih jika kamu kehilangan rasa syukur dan empati di hatimu. Harapan Ayah adalah agar kamu tetap tahu bagaimana caranya menjadi manusia — yang tahu kapan harus berjuang, kapan harus memaafkan, dan kapan harus bersyukur.


Jadilah Perempuan yang Punya Prinsip, Tapi Lembut Hatinya

Dunia ini tidak selalu adil, Nak. Tapi Ayah harap kamu tetap bisa berdiri tegak dengan nilai-nilai yang kamu pegang. Jangan mudah ikut arus hanya demi diterima. Tapi juga jangan keras hati hingga lupa bagaimana cara mendengar.

Jadilah seperti bunga yang kuat akarnya, tapi tetap wangi dan mekar saat disentuh lembut oleh angin.


Jangan Takut Gagal, Asal Kamu Mau Bangkit

Ayah tidak berharap hidupmu lurus dan tanpa luka. Ayah tahu kamu akan terjatuh, terluka, mungkin menangis sendirian di malam hari. Tapi Ayah harap kamu tidak menyerah. Kamu boleh gagal, tapi jangan pernah kehilangan keberanian untuk mencoba lagi.

Ingat, kamu tidak harus selalu kuat. Tapi kamu harus selalu jujur pada dirimu sendiri.


Dan Kelak, Jika Kamu Menjadi Ibu…

Jika Tuhan mempercayakanmu menjadi seorang ibu kelak, Ayah hanya punya satu harapan: cintailah anakmu sebagaimana kamu dicintai — dengan doa yang tidak pernah putus, dengan pelukan yang tidak pernah menuntut balasan.


Penutup: Senja Akan Datang dan Pergi, Tapi Harapan Ayah Selalu Ada

Senja hari itu, kamu hanya bertanya satu hal. Tapi bagi Ayah, pertanyaanmu membuka pintu pada ribuan harapan kecil yang selama ini Ayah simpan diam-diam.

Harapan itu tidak akan Ayah paksakan padamu. Tapi Ayah akan terus doakan, dengan diam yang panjang, dengan senyum yang lirih, setiap kali kamu melangkah — agar kamu tahu, di mana pun kamu berada, ada satu hati yang selalu percaya padamu.

Minggu, 18 Mei 2025

Menjadi Sehat dan Tangguh: Tips Kesehatan untuk Remaja Perempuan di Masa Menstruasi


Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan seorang perempuan. Di usia ini, tubuh mengalami banyak perubahan, termasuk datangnya menstruasi. Perubahan hormon, pertumbuhan fisik, dan tekanan sosial bisa menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, sangat penting bagi remaja perempuan untuk menerapkan pola hidup sehat yang seimbang agar tetap bugar, produktif, dan percaya diri—terutama saat menstruasi datang.


Berikut ini beberapa tips kesehatan yang praktis dan mudah diterapkan:


1. Pahami Siklus Menstruasi Sendiri

Mengetahui kapan menstruasi akan datang dapat membantu remaja lebih siap secara fisik dan emosional.

🔹 Tips:

Gunakan kalender atau aplikasi pelacak menstruasi. Catat tanggal mulai dan selesai haid, gejala yang dirasakan, serta perubahan suasana hati.

🔹 Manfaat:

Bisa menghindari kejutan saat menstruasi tiba dan membantu mengenali pola tubuh sendiri—apakah siklusnya teratur atau ada yang perlu dikonsultasikan ke dokter.


2. Jaga Pola Makan Bergizi

Saat menstruasi, tubuh kehilangan zat besi. Nutrisi yang seimbang akan membantu mengurangi rasa lelah, nyeri, dan perubahan emosi.

🔹 Tips:

Perbanyak konsumsi sayur hijau, ikan, telur, kacang-kacangan, dan buah segar. Kurangi makanan manis berlebihan, gorengan, dan makanan cepat saji.

🔹 Contoh Menu Sehat:

Sarapan dengan roti gandum, telur, dan buah. Makan siang dengan nasi, ayam panggang, sayur bayam, dan jus jeruk.


3. Tetap Aktif Bergerak

Olahraga ringan bisa membantu mengurangi kram perut dan meningkatkan suasana hati saat haid.

🔹 Tips:

Lakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau peregangan 20–30 menit sehari, terutama jika tubuh terasa lelah atau pegal.

🔹 Manfaat:

Melancarkan aliran darah, membuat tidur lebih nyenyak, dan memperbaiki mood.


4. Tidur Cukup dan Kurangi Stres

Kurang tidur dan stres bisa memperparah gejala menstruasi seperti nyeri dan suasana hati yang buruk.

🔹 Tips:

Tidur minimal 7–8 jam sehari. Coba teknik relaksasi seperti tarik napas dalam, journaling, atau mendengarkan musik tenang.

🔹 Manfaat:

Tubuh lebih segar dan hormon lebih seimbang.


5. Jaga Kebersihan Saat Menstruasi

Kebersihan area kewanitaan sangat penting untuk mencegah infeksi.

🔹 Tips:

Ganti pembalut setiap 4–6 jam, cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut, dan bersihkan area kewanitaan dari depan ke belakang.


6. Jangan Malu Bertanya atau Bercerita

Menstruasi bukan hal tabu. Remaja perempuan perlu merasa nyaman membicarakannya dengan orang tua, guru, atau teman yang dipercaya.

🔹 Tips:

Jika merasa nyeri haid berlebihan, haid terlalu lama atau tidak teratur, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan.


Penutup: Sehat Itu Cantik dan Kuat

Menjadi remaja perempuan berarti belajar mengenal dan merawat tubuh sendiri. Menstruasi bukan hambatan untuk tetap aktif, ceria, dan berprestasi. Dengan pola hidup sehat yang konsisten, setiap remaja bisa melewati masa ini dengan lebih nyaman dan percaya diri.


Kamis, 15 Mei 2025

"Ayah Bangga Padamu, Nak!" – 6 Cara Menumbuhkan Kebiasaan Anak Perempuan Membantu Ibunya di Rumah

Sebagai seorang ayah, ada rasa haru dan bangga yang muncul saat melihat anak perempuan kita—masih duduk di bangku SD—sudah sigap membantu ibunya di rumah. Bukan karena dipaksa, tapi karena tumbuh dari kebiasaan dan rasa peduli. Inilah nilai yang ingin saya tanamkan: bahwa menjadi ringan tangan itu indah.

Berikut beberapa tips sederhana yang saya praktikkan sendiri, yang semoga bisa menginspirasi ayah dan ibu lain:

1. Berikan Teladan yang Baik dari Ayah dan Ibu

Anak belajar paling cepat dari apa yang ia lihat. Ketika ayah tidak segan ikut mencuci piring atau menyapu halaman, anak jadi tahu bahwa semua anggota keluarga bisa saling membantu.

Contoh:

Setiap Sabtu pagi, saya sengaja ikut menyapu halaman dan kadang mengelap meja makan. Tanpa disuruh, anak saya yang kelas 2 SD ikut-ikutan ambil lap dan mulai mengelap meja kecil di ruang tamu. Ia tersenyum sambil bilang, “Biar rapi kayak punya Ayah!”

2. Libatkan Anak Sejak Dini, Tapi Sesuaikan dengan Usia

Jangan tunggu anak besar untuk mulai membantu. Justru usia dini adalah waktu terbaik membentuk kebiasaan positif—asal sesuai dengan kemampuan.

Contoh:

Anak saya mulai dari hal kecil, seperti mengambilkan bawang dari kulkas, menyusun sendok, atau melipat serbet. Kadang tak rapi, tapi kami biarkan. Yang penting, dia senang dan merasa berkontribusi.

3. Jadikan Momen Membantu Sebagai Waktu Berkualitas

Membantu tak harus serius dan kaku. Saat anak merasa bahwa membantu itu menyenangkan, ia akan melakukannya tanpa disuruh.

Contoh:

Saat anak membantu ibunya memotong sayur, saya putar musik anak-anak dan kami bernyanyi bersama. Terkadang, kami bermain tebak-tebakan jenis sayur atau buah. Suasana jadi hidup, dan anak tak merasa sedang "bekerja."

4. Berikan Apresiasi Tulus, Bukan Hadiah

Anak perlu merasa bahwa tindakannya berarti. Bukan karena ia berharap hadiah, tapi karena ia dihargai.

Contoh:

Setelah anak membantu menyapu, saya peluk dia dan bilang, “Terima kasih ya, rumah jadi bersih banget karena kamu. Ibu pasti senang.” Wajahnya berseri-seri. Itu cukup jadi "hadiah" untuknya.

5. Tanamkan Nilai Peduli, Bukan Sekadar Tugas

Anak perlu memahami mengapa ia membantu, bukan hanya apa yang harus ia lakukan. Ini membentuk empati dan kepedulian.

Contoh:

Saat ibu terlihat lelah setelah mencuci, saya ajak anak bicara, “Lihat, Ibu capek, ya? Kalau kita bantu sedikit-sedikit, Ibu bisa istirahat lebih awal.” Ia mengangguk dan langsung mengambil sapu kecilnya.

6. Tunjukkan Dampaknya, Agar Anak Merasa Penting

Anak akan semangat kalau tahu bantuannya punya pengaruh nyata. Ini membentuk rasa tanggung jawab dan percaya diri.

Contoh:

Setelah anak membantu merapikan meja makan, saya tunjukkan hasilnya sambil berkata, “Wah, lihat deh! Meja makan jadi cantik banget. Kalau ada tamu datang pasti kagum.” Ia melihat hasilnya dan tampak bangga.

Penutup: Bangga Itu Sederhana

Mendidik anak perempuan untuk rajin membantu bukan semata-mata soal pekerjaan rumah. Ini tentang menanamkan nilai-nilai hidup yang akan ia bawa sampai dewasa: peduli, tanggung jawab, dan kebersamaan. Sebagai ayah, saya percaya peran kita sangat penting untuk mendampingi dan memberi teladan.

Karena sesungguhnya, pujian dari seorang ayah—“Ayah bangga padamu, Nak”—adalah bahan bakar yang tak ternilai untuk tumbuh kembang jiwa anak gadis kita.

Sabtu, 10 Mei 2025

"Ayah, Kenapa Bunda Tidak Berjilbab?" — Sebuah Obrolan Tentang Ajakan Seorang Anak Kepada Bundanya



“Ayah, kenapa Bunda tidak pakai jilbab?” tanyanya sambil menyuapkan nasi ke mulut bonekanya. Kalimat itu datang tiba-tiba, tapi tidak asal lewat.

Aku terdiam sejenak. Pertanyaannya sederhana, polos, tapi punya muatan yang besar. Ia hanya seorang anak perempuan yang sedang belajar tentang dunia, tentang iman, dan tentang bagaimana orang-orang di sekelilingnya membuat pilihan. Aku tahu, ini bukan cuma soal kain yang menutupi kepala. Ini tentang cara kami menjelaskan nilai, iman, dan cinta — tanpa menghakimi dan tanpa memaksakan.

Saat Pertanyaan Datang, Aku Belajar Mendengarkan

Aku menatap matanya yang bulat dan jernih. Ia tidak bertanya karena ingin membanding-bandingkan, apalagi menghakimi. Ia hanya ingin tahu. Mungkin ia pernah mendengar di sekolah, dari teman, atau dari cerita-cerita yang kami bacakan. Dan kini, ia ingin memahami dunia dengan logikanya sendiri.

Dalam hati, aku bergulat. Haruskah aku menjawab ini dengan dalil panjang? Haruskah aku memberi penilaian terhadap pilihan ibunya? Atau… ini justru kesempatan untuk mengajarinya sesuatu yang lebih penting: bagaimana cara berbicara dengan cinta.

“Nak, Kamu Boleh Mengajak, Tapi Tidak Menghakimi”

Akhirnya aku berkata:

“Nak, memakai jilbab adalah anjuran dalam agama kita, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi setiap orang punya perjalanan imannya masing-masing. Bunda, seperti semua orang, sedang dalam perjalanannya juga. Kamu boleh, dan bahkan baik, jika ingin mengajak Bunda dengan lembut. Tapi ajakan itu harus datang dari cinta, bukan paksaan.”

Ia mengangguk kecil, seolah menangkap sebagian besar maksudku. Lalu ia bertanya lagi, “Kalau aku nanti pakai jilbab, Bunda marah nggak?”

Aku tersenyum, memeluknya.

“Bunda akan bangga. Karena kamu sudah memilih dengan hatimu. Dan kamu juga harus belajar, kalau pilihan orang lain tidak selalu sama dengan pilihanmu — tapi itu tidak membuat mereka jadi lebih buruk darimu.”

Di Dalam Rumah, Kami Belajar Bertumbuh Bersama

Anak-anak adalah peniru ulung. Tapi lebih dari itu, mereka adalah pengamat yang tajam. Mereka belajar bukan hanya dari buku agama atau guru di sekolah — tapi dari cara ayahnya menjawab, dari cara ibunya bersikap, dari cara keluarga menanggapi perbedaan.

Dalam obrolan singkat itu, aku berharap ia belajar tiga hal: bahwa agama adalah perjalanan, bahwa cinta tidak pernah memaksa, dan bahwa keluarga adalah tempat terbaik untuk bertanya — bahkan untuk hal-hal yang paling sensitif sekalipun.

Menanamkan Nilai, Bukan Hanya Aturan

Kami ingin membesarkan anak yang paham bahwa dalam hidup ini, tidak semua hal hitam dan putih. Ada banyak warna di antaranya. Dan tugas kita sebagai orang tua bukan hanya menunjukkan mana yang benar, tapi juga bagaimana cara menyampaikan kebenaran dengan kasih.

Kami ingin ia tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengajak, tanpa menyakiti. Yang bisa berbeda, tanpa merasa lebih baik. Dan yang bisa taat, tanpa merendahkan.

Ajakan dari Anak Adalah Doa yang Tulus

Ketika anak mengajak bundanya untuk mengenakan jilbab, itu bukan kritik, bukan penolakan — itu doa dalam bentuk yang paling polos. Tapi doa juga harus dibarengi dengan penghormatan pada proses orang lain.

Semoga kelak, jika Bunda memutuskan untuk mengenakan jilbab, itu bukan karena tekanan, melainkan karena ajakan yang penuh cinta dari seorang anak — dan karena keyakinan yang tumbuh dari hati.


Membimbing Anak Perempuan Mencintai Jilbab : Tips Lembut yang Menguatkan


Sebagai orang tua, tentu kita ingin menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kecintaan terhadap syariat Islam sejak dini kepada anak-anak, termasuk dalam hal berjilbab bagi anak perempuan. Namun, mengenalkan jilbab bukan hanya soal pakaian, melainkan membentuk rasa cinta, kesadaran, dan kenyamanan dalam hati anak.

Berikut adalah beberapa kiat yang bisa dilakukan orang tua agar anak merasa nyaman, senang, dan bangga memakai jilbab — baik di rumah maupun di luar rumah.

1. Menjadi Teladan yang Dicintai

Anak adalah peniru ulung. Ia akan lebih mudah menerima kebiasaan berjilbab jika ia melihat sosok yang ia cintai — ibunya, kakaknya, atau orang terdekat — mengenakan jilbab dengan bahagia dan penuh keyakinan. Tampilkan bahwa memakai jilbab bukanlah beban, tapi bentuk kebanggaan dan cinta kepada Allah.

2. Kenalkan Makna Jilbab dengan Cara yang Menyenangkan

Ajarkan bahwa jilbab adalah tanda kehormatan, penjagaan, dan identitas perempuan muslim. Gunakan bahasa cinta, bukan bahasa ancaman. Bisa lewat cerita, video edukatif, buku bergambar, atau dongeng sebelum tidur tentang tokoh perempuan sholehah.

3. Libatkan Anak dalam Proses Memilih Jilbab

Bawa anak ke toko dan biarkan ia memilih warna dan motif jilbab yang ia suka. Gunakan bahan yang nyaman dan sesuai usia. Ketika ia merasa senang dengan jilbab pilihannya, ia akan lebih semangat untuk memakainya.

4. Bangun Kebiasaan Bertahap dan Tanpa Paksaan

Tidak perlu langsung mewajibkan anak memakai jilbab seharian. Mulailah dengan momen tertentu seperti ke masjid, mengaji, atau saat bermain di luar rumah. Seiring waktu dan kebiasaan, anak akan lebih siap untuk memakai jilbab secara konsisten.

5. Beri Pujian dan Penguatan Positif

Setiap kali anak menunjukkan usaha memakai jilbab, beri apresiasi. Ucapan seperti “MasyaAllah, cantik sekali anak ibu hari ini pakai jilbab!” bisa memberi semangat luar biasa dalam diri anak.

6. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

Pergaulan juga berpengaruh besar. Bila anak berada di lingkungan teman-teman sebaya atau komunitas yang juga mendukung gaya hidup islami, ia akan merasa berjilbab adalah hal wajar, bahkan menyenangkan.

7. Tanamkan bahwa Jilbab adalah Hadiah, Bukan Beban

Jangan jadikan jilbab sebagai ancaman (“kalau nggak pakai, nanti dimarahi Allah!”), tapi hadiah istimewa dari Allah yang membuat perempuan istimewa dan terlindungi. Ini penting agar anak tumbuh dengan kesadaran, bukan ketakutan.


Penutup

Menanamkan kecintaan terhadap jilbab bukan pekerjaan sehari dua hari. Dibutuhkan kelembutan, kesabaran, dan keteladanan dari orang tua. Tapi percayalah, usaha kecil yang kita mulai hari ini akan menjadi kebiasaan yang berakar kuat di hati anak. Semoga anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang mencintai agamanya, termasuk dalam menunaikan syariat dengan sukacita.


Selamat mendampingi anak mencintai jilbabnya, ya! 🌸

Selasa, 16 Maret 2021

Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting? Perspektif Bijak untuk Orang Tua



Sebagai orang tua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anak kita. Kita berjuang untuk kebutuhan fisik mereka: makanan bergizi, tempat tinggal yang layak, pakaian yang nyaman. Namun, ada satu kebutuhan penting yang tidak boleh diabaikan: pendidikan anak usia dini (PAUD).

Anak Usia Dini: Masa Emas Perkembangan
Tahukah Anda bahwa 80% perkembangan otak terjadi sebelum anak berusia 5 tahun? Inilah yang disebut dengan masa emas perkembangan. Pada fase ini, anak sangat cepat menyerap informasi dan membentuk karakter dasar. Oleh karena itu, lingkungan belajar yang tepat sangat penting.

Mengapa Belajar di Rumah Saja Tidak Cukup?
Sebagian orang tua merasa anak cukup belajar di rumah, terutama jika ada waktu untuk mendampingi. Tapi, kenyataannya anak juga membutuhkan:
  • Stimulasi sosial: belajar berbagi, bekerja sama, dan bersosialisasi dengan teman sebaya.
  • Pendampingan profesional: guru PAUD memiliki pendekatan khusus yang disesuaikan dengan usia dan tahapan tumbuh kembang anak.
  • Lingkungan edukatif yang konsisten: kegiatan di lembaga PAUD dirancang untuk mengasah motorik, kognitif, bahasa, dan emosional anak secara seimbang.

Manfaat PAUD dari Perspektif Orang Tua
Sebagai orang tua, Anda akan melihat berbagai dampak positif ketika anak mengikuti pendidikan PAUD:

✅ Anak lebih percaya diri dan mandiri
✅ Mudah beradaptasi saat masuk SD
✅ Terlatih mengikuti aturan dan rutinitas
✅ Kreativitas dan minat belajar terasah sejak dini

Dan yang paling penting: Anda sedang menanam benih masa depan anak sejak awal.

Mari Berinvestasi untuk Masa Depan Anak
Mendaftarkan anak ke lembaga PAUD bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah investasi jangka panjang. Lembaga PAUD yang baik akan menjadi tempat tumbuh kembang anak dalam suasana belajar yang menyenangkan, aman, dan penuh kasih sayang.
“Anak-anak yang mendapatkan pendidikan usia dini berkualitas cenderung tumbuh menjadi pribadi yang lebih siap secara akademik dan sosial.”

Langkah Nyata Anda Dimulai Hari Ini
Jika Anda sedang mempertimbangkan pilihan terbaik untuk anak, inilah saatnya memulai. Cari tahu lembaga PAUD terpercaya di sekitar Anda. Kunjungi, kenali gurunya, lihat kegiatannya. Libatkan anak dalam prosesnya agar ia juga merasa nyaman.

Karena pendidikan anak bukan dimulai saat mereka masuk SD, tapi saat mereka mulai bertanya tentang dunia di sekitar mereka.

Jumat, 13 November 2015

OLAHRAGA PADA USIA TUMBUH KEMBANG

Dalam kehidupan sehari hari kita tidak akan pernah lepas dengan aktivitas tubuh. Namun semua aktivitas tubuh yang kita lakukan belum tentu baik untuk tubuh kita. Oleh karena itu kita harus memahami apa makna dari aktivitas tubuh itu sendiri, atau yang lebih populer dengan kata olahraga. Olahraga merupakan suatu bentuk kerja atau aktivitas badan kita yang mengikut sertakan sistem-sistem sel, jaringan dan alat-alat badan secara terpadu untuk melayani kebutuhan-kebutuhan demi tercapainya tujuan kerja tersebut.

Pada anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan usia lanjut mempunyai takaran olahraga yang berbeda-beda, semua ini disebabkan oleh kemampuan dan kebutuhan dari tubuh kita sendiri. Jadi ketika kita akan melakukan atau akan memberikan olahraga kita harus melihat umur dari orang yang akan melaksanakannya. Karena apabila tidak sesuai bisa berakibat tidak baik untuk tubuh, contohnya apabila anak-anak disuruh mengangkat beban yang terlalu berat, maka bisa jadi akan menghambat pertumbuhan dari si anak tersebut. Jadi sangat penting kita harus mengetahui pedoman-pedoman dalam melakukan olahraga.

Dilihat dari uraian diatas, maka kami mencoba membahasnya dengan dituangkan dalam bentuk makalah yang sederhana ini. Kami akan membahas pedoman-pedoman latihan olahraga pada anak-anak, sehingga diharapkan setelah ini kita semua bisa mengetahui bagaimana dan olahraga apa yang baik diberikan kepada anak-anak.
( Sumber: Foto Sendiri )
Olahraga dapat diartikan yang seluas-luasnya yang meliputi segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan membina kekuatan-kekuatan jasmani maupun rohani pada tiap-tiap menusia ( Departemen olahraga, 1964 hal. 61). Olahraga dalam arti yang lebih sempit ialah latihan gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan badan ( Poerwodarminto, 1975 hal.684). Dalam uraian ini olahraga yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang dapat dilakukan setiap hari dengan mudah dan tanpa memerlukan alat dan perlengkapan yang mahal, misalnya: jalan cepat, lari, lari ditempat, bersepeda, senam, dan sebagainya.

Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).Menurut Toto Mucholik olahraga di definsikan sebagai proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan, pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas bedasarkan pancasila. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga adalah proses sistematis dan terprogram yang dilakukan guna mencapai kesejahteraan jasmani, rohani dan sosial yang diaplikasikan dalam berbagai aktivitas permainan, perlombaan maupun pertandingan. Oleh karena itu olahraga harusnya menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena mengingat manfaat yang sangat besar bagi tubuh manusia. Adapun ruang lingkup olahraga itu sendiri terbagi atas 3 jenis yang setiap jenisnya mempunyai tujuannya masing-masing:

  • Olahraga Pendidikan
( Sumber: Foto Sendiri )
Olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan teratur dan berkelanjutan, untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani.

  • Olahraga Rekreasi
( Sumber: Foto Sendiri )
Olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran dan kegembiraan.

  • Olahraga Prestasi

( Sumber: Foto Sendiri )

Olahraga yang membina dan mengembangkan olahraga (atlet) secara terencana,berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Jadi olahraga merupakan sebuah aktivitas yang terukur untuk mengembangkan atau memperbaiki kualitas hidup manusia agar lebih bugar serta produktif dalam menjalankan hidupnya.

Olahraga juga merupakan sebuah barometer bagi kemajuan suatu bangsa, dengan prestasi olahraga yang baik tentunya akan menjadi sebuah kebanggan bagi suatu bangsa oleh karena itu Penciptaan kualitas SDM dalam bidang olahraga seharusnya dimulai sejak dini, karena merupakan cikal bakal generasi penerus bangsa, sehingga harus dipersiapkan sedini mungkin agar dapat tercapainya sebuah perkembangan dan prestasi yang optimal.

Pada usia kanak-kanak misalnya anak cenderung melakukan sebuah aktivitas-aktivitas jasmani walaupun itu masih terlihat sangat sederhana contohnya seperti bermain yang didalam bermain tersebut melibatkan aktivitas-aktivitas jasmani seperti berjalan,berlari, melompat dan meloncat tanpa mereka sadari aktivitas tersebut menunjukan seberapa baik kualitas pertumbuhan gerak jasmani mereka karena setiap anak mempunyai kualitas gerak yang berbeda-beda sesuai dengan usia dan pertumbuhan mereka untuk itu selaku orang tua dan guru penjas khususnya harus jeli melihat perkembangan gerak anak tersebut, sehingga mulai dari sedini mungkin, anak sudah mulai diperkenalkan sedikit demi sedikit dengan beberapa cabang olahraga yang nantinya akan mereka pilih sesuai dengan minat dan bakatnya.

Dalam hal ini juga anak tidak dapat dipaksakan dalam memilih cabang olahraga yang mereka senangi, untuk itu selaku orang tua, guru dan pelatih hendaknya memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk memilih cabang olahraga yang diminatinya kelak serta tidak membatasi kebebasan gerak anak tersebut untuk selalu beraktivitas dan berkreativitas, karena pada dasarnya masa kanak-kanak adalah masa dimana anak tersebut mencoba mengeksplorasi gerak serta pengetahuan mereka.


Komponen Utama Sebagai Tujuan Yang Sangat Penting Dalam Peranan Olahraga Usia Dini :
  • Pertumbuhan dan perkembangan organik
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan, perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa.

Aktivitas yang bersemangat, teratur serta terus menerus sangat penting bagi mempertebal lapisan persendian, memperkuat pengikat ke tulang, serta pengikat tulang-tulang dalam tubuh. Sehingga kemampuan paru-paru, jantung dan saluran darah dalam menyuplai oksigen ke jaringan-jaringan. Dengan aktivitas gerak seperti lari, renang, lompat, dan sebagainya. Fleksibilitas dilakukan dengan peregangan sederhana secara dinamis dan statis. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan sel-sel dapat berkembang secara optimal dengan malakukan aktivitas fisik tersebut.
  • Keterampilan neuromuskuler / motorik
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua :

1. Keterampilan gerak kasar

Pada usia dini diharapkan telah mampu melakukan gerakan-gerakan motorik kasar seperti, menurunkan tangga langkah demi langkah, tetap seimbang ketika berjalan mundur, berlari dan langsung menendang-nendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian, melompati selokan selebar setengah meter dengan satu kaki, berjinjit dengan tangan di pinggul, melambungkan bola tenis dengan satu tangan dan menangkapnya dengan menggunakan dua tangan, menyentuh jari kaki tanpa menekuk lutut, mengendarai sepeda roda tiga dan membuat belokan tajam dengan sepeda roda tiga, dan memanjat.

Melalui permainan aktivitas fisik keterampilan motorik anak akan berkembang dengan baik, dalam keseimbangan dan kekuatan fisik serta kecekatan dan kecepatan gerak. Di samaping hal ini, sebagai guru kita harus memperhatikan anak dalam kegiatan yang dilakukan. Anak-anak belum menyadari seberapa besar bahaya yang ada disekitarnya, maka dari itu sebagai guru harus member peringatan dan mengawasi langsung pada saat anak bermain.

2. Motorik Halus

Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus; gerakan ini lebih menuntut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan pengendalian yang baik, yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakannya. Yang termasuk gerakan motorik halus ini antara lain adalah kegiatan mencoret, melempar, menangkap bola, meronce manik-manik, menggambar, menulis, menjahit dan lain-lain. Keterampilan ini berkembang lebih lambat dibandingkan dengan keterampilan motorik kasar karena memang tuntutannya lebih tinggi.

  • Perkembangan intelektual
Pendidikan jasmani juga bermanfaat untuk perkembangan intelektual. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada anak untuk bergerak mengekspersikan dirinya, meneriakan suara sesuai dengan gerakan yang dilakukan. Pendidkan jasmani membantu memelihara kesimbangan psikologi anak. Penelitian di Negara luar menunjukan bahwa tamabahan jam pelajaran pendidikan jasmani meningkatkan kemampuan akademik para siswa secara nyata.

  • Perkembangan emosional pribadi dan sosial
Pendidikan jasmani berguna bagi perkembangan pribadi dan social yang menuntut upaya individu dan interaksi dengan yang lain. Menyenangi dan sukses dalam aktivitas fisik akan menigkatakan kepercayaan diri dan kesadaran sosial. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self -image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olahraga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya.

Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan).


Manfaat Olahraga Bagi Anak

Olahraga banyak mempunyai manfaat diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan Kesehatan

Para peneliti di Centers for Disease Control mengungkapkan, salah satu masalah yang dialami anak-anak di Amerika adalah obesitas. Masalah kelebihan berat badan ini akan meningkatkan faktor risiko penyakit diabetes dan darah tinggi tiga kali lipat saat dewasa. Salah satu cara yang paling dianjurkan untuk mencegahnya adalah dengan berolahraga. Aktivitas fisik ini akan membantu membakar kalori yang tak dibutuhkan tubuh, dan mencegah obesitas.

2. Meningkatkan Kecerdasan

Menurut para peneliti di Michigan State University's Institute, anak yang gemar berolahraga terbukti lebih cerdas dibandingkan yang tidak. Mereka mengungkapkan, olahraga bisa membantu mengajarkan anak untuk konsentrasi pada tugas, dan mengatur waktu lebih efektif.

3. Lebih Sportif

Kalah dan menang merupakan hal yang biasa dalam permainan. Namun dalam olahraga, mereka diajarkan untuk bisa menghargai kalah dan menang dengan sportif. Mereka bisa berjabat tangan dengan lawannya, tidak peduli apa pun hasil pertandingannya. Ketika dewasa, sikap sportif ini akan terbawa dan membuat mereka lebih menghargai teman dan berusaha melakukan yang terbaik dan sportif.

4. Sarana Sosialisasi

Olahraga bisa menjadi sebuah jaringan sosial instan bagi anak-anak. Bagi anak-anak yang cenderung tertutup dan minder, olahraga bisa jadi cara yang baik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan pergaulan mereka. Tim olahraga menawarkan persahabatan dan kekompakan antaranggota, dan ini akan membantu anak untuk menjalin persahabatan.

5. Membangun Percaya Diri

Olahraga bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri anak, apalagi jika mereka bisa menghasilkan sebuah prestasi. Olahraga memberikan kesempatan anak untuk belajar, berprestasi, dan berpikir positif tentang diri sendiri melalui pengembangan keterampilan. Aktivitas fisik ini akan menumbuhkan citra diri yang sehat dan penilaian positif terhadap diri sendiri.

6. Mengajarkan Kerjasama

Beberapa jenis olahraga berkelompok seperti sepakbola membutuhkan kerjasama tim yang baik. Olahraga akan membantu anak untuk bisa bekerjasama dengan anggota lain, memahami aturan, dan mendengarkan pelatih agar berprestasi. Menjadi bagian dari kelompok dan belajar melakukan apa yang terbaik untuk tim menjadi salah satu manfaat berolahraga.

7. Membantu Menentukan Target

Dalam olahraga, target akhir yang ingin dicapai adalah membawa pulang piala kejuaraan, memenangkan turnamen, dan mencetak skor maksimal. Namun, sebelum meraih itu semua, para pemain harus menguasai teknik dasar dan keterampilan olahraga. Melalui proses ini, olahraga memberikan pengalaman berharga bagi anak-anak untuk menentukan tujuan jangka panjang dan pendek dalam hidup mereka.

8. Membina Ketekunan

Anak-anak yang mengikuti berbagai kelas olahraga pasti punya kata-kata tertentu untuk menyemangati dirinya sendiri. Dan kata-kata ini biasanya terbawa untuk menyemangati dirinya saat gagal melakukan berbagai hal. Anak yang gemar berolahraga sudah terlatih untuk menghadapi luka, kekecewaan, dan kekalahan. Mereka diajarkan untuk menghadapi kegagalan mereka dengan tenang, dan berusaha lebih tekun di pertandingan berikutnya.

9. Menghindarkan Tindak Kriminalitas

Kosongnya beberapa jam di sore hari tak jarang membuat anak cepat bosan. Daripada keluyuran tak jelas, sebaiknya ajak mereka berolahraga karena hal ini bisa menghindarkan mereka dari pergaulan tidak benar,
dan juga tindak kriminal.

10. Memberi Kebahagiaan

Bagaimanapun juga, olahraga adalah permainan. Permainan bertujuan untuk memberikan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Sebagai langkah awal memperkenalkan olahraga pada anak, ajak mereka berlari, melompat, melempar, menangkap, menyelam, berenang, dan lain-lain. Lakukan ini agar mereka tahu bahwa olahraga itu menyenangkan, sehingga lebih mudah membuat mereka berolahraga.



JENIS OLAHRAGA BAGI ANAK

Pembahasan olahraga pada anak yang mengalami tumbuh kembang ini mencakup dua aspek. Aspek pertama merupakan latihan jasmani dan permainan yang mempunyai pengaruh terhadap stamina atau kesegaran jasmani. Beberapa latihan dapat berlanjut sebagai kegiatan rekreasi atau hobi. Aspek kedua merupakan latihan yang khusus, menyangkut prestasi pada pertandingan suatu cabang olahraga ( Smith, 1978).Sampai saat ini, kepustakaan tentang olahraga pada anak di Indonesia sangat jarang, meskipun disadari bahwa pembinaan olahragaharus dimulai sejak kanak-kanak.

Ada beberapa macam jenis olahraga bagi anak-anak yang harus dilakukan untuk menjaga kesegaran jasmani dan kesehatan tubuhnya yaitu perawaatan dalam posisi bayi, olahraga usia prasekolah, olahraga usia sekolah dasar, olahraga usia sekolah menengah. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing jenis olahraga, yaitu:


1. Perawatan Dalam Posisi Bayi

Macam posisi bayi dalam 3 bulan pertamasetelah lahir, memberi pengalaman latihan pertumbuhanyang berbeda. Beberapa penelitian ( Gleiss, 1970; Brackbiel et al, 1973), menunjukkan sikap terlentang membatasi persepsi mata, kurang latihan otot dan cenderung terdapat kelemahan sendi panggul. Kekurangan relatif aktivitas otot, merupakan suatu faktor penyebab deformitas tulang, terutama lengan, panggul dan tulang belakang.

Bayi mempunyai kecenderungan kembung karena usus yang relatif panjang dibanding panjang badannya dan otot perut yang masih lemah sehingga frekuensi muntah bertambah.

Perawatan dalam posisi tengkurap memberi latihan secara aktif; persepsi pandangan lebih luas, pertumbuhan tulang lebih harmonis dan tengkorak lebih bulat. Terjadi pertumbuhan kekuatan, otot tengkuk, lengan dan tungkai. Frekuensi paru-paru akan lebih meningkat karena interaksi kerja diafragma, otot dada dan perut yang lebih meningkat berkembang ( Hutchison et al, 1979). Pada posisi tengkurap maupun lentang, diperkuat oleh pertumbuhan otot perut, sehingga pemberian minum lebih mudah ( Yu, 1975; Blumenthal et al, 1979).

Pertama kali dalam latihan tengkurap, bayi secara spontan menggerakkan kedua tungkai ( frog position ) dan menangis. Selanjutnya bayi akan lebih banyak tidur dan kurang frekuensi menangis dibanding posisi terlentang. Bayi dalam beberapa hari dapat mengangkat kepala bereaksi, bereaksi pada suara dan dalam bulan pertamalengan sudah menahan kepala dan terangkat.


2. Olahraga Bagi Usia Prasekolah

Seperti telah kita sepakati, sebaiknya olahraga dimulai sejak usia muda. Tetapi banyak yang belum tahu jenis olahraga apa yang harus dilakukan untuk anak-anak dalam berbagai usia, dan apa tujuan gerakan-gerakan yang dilakukan pada waktu melakukan olahraga. Banyak orangtua yang tidak menghiraukan apakah anakanya melakukan olahraga apa tidak, sehingga tidak heran jika banyak para pemuda baik pria maupun wanita yang kurang baik kesegaran jasmaninya. Ini semua akibat kurangnya pengetahuan mengenai manfaat olahraga bagi kesehatan.

Kita dilahirkan mempunyai kaki, namun untuk dapat berjalan membutuhkan suatu proses belajar, dari merangkak dilatih sampai bisa berjalan. Demikian pula halnya dengan berlari, melompat, melempar dan menangkap membutuhkan pula suatu proses latihan. Jika hal ini tidak dilatih sejak dini maka untuk seterusnya koordinasi tubuh tidak berkembang dengan baik.

  • Usia satu setengah tahun hingga dua tahun
Olahraga bisa dilakukan saat buah hati Anda mulai dapat bergerak, berjalan dan berlari dengan benar. Umumnya hal ini dilakukan saat anak berusia 1,5 hingga 2 tahun. Saat usia tersebut, anak dapat mulai diperkenalkan dengan olahraga yang dilakukan secara teratur. Anak dapat mulai dengan banyak bermain dan mempelajari hal baru yang mudah ditemuinya. Berikan semangat agar anak Anda aktif melakukan aktivitas fisik sejak usia dini.

  • Usia dua tahun
Di usia dua tahun, anak cenderung suka dengan hal yang tidak teratur, bebas dan tanpa peraturan. Anda dapat mengajaknya olahraga sambil bermain seperti berlari-lari kecil, mengejar mainan, mendorong ayunan, bermain air atau melakukan banyak gerakan yang menyenangkan namun juga dapat menyehatkan fisiknya.

  • Usia tiga tahun
Sedangkan anak pada usia tiga tahun mulai dapat mengubah arah gerakannya misalnya belok kanan, kiri, depan atau belakang. Dengan kemampuan seperti itu, Anda dapat mengajaknya lari-lari kecil sekitar 5-10 menit setiap harinya. Lakukan variasi kegiatan olahraga dengan mulai mengajarkan anak berenang, bermain baseball dan berbagai permainan lain yang memiliki aturan permainan.

  • Usia empat hingga lima tahun
Anak dapat bermain dalam aturan yang lebih kompleks. Ajaklah ia bermain dan belajar menggelindingkan bola, menangkap bola dan bermain sepeda walaupun pada umumnya mereka belum mampu membedakan daerah mana yang berbahaya untuk bermain. Untuk itu, katakan kepada sang anak agar jauhi jalan raya atau tempat yang asing baginya. Dalam hal ini, pengawasan Anda sebagai orangtua sangatlah diperlukan.


2. Olahraga Bagi Usia Sekolah Dasar
  • Usia enam sampai delapan tahun
Ketika anak mulai masuk sekolah dasar, fisik maupun mentalnya lebih matang. Pertumbuhan yang nampak sangat jelas dengan bertambahnya panjang lengan dan kaki. Koordinasi antara tangan dan mata serta kaki bertambah pula. Keberanianya juga lebih berkembang. Pengenalan lingkungan lebih luas dengan perkembangan sosialisasi dan berlatih bersama teman sekolah. Terutama gerakan keseimbangan dan koordinasi gerakan. Anak merasa mudah lelah dan perhatian untuk kelompok masih kurang. Meskipun dorongan dan nasihat diperlukan tetapi anak memerlukan kebebasan mengunakan kekuatannya. Apabila salah satu cabang olahraga dipilih sejak masa ini, terdapat kecenderungan dipertahankan untuk prestasi. Hal ini terjadi baik pada anak laki-laki maupum perempuan. Anak perempuanpun karena itu harus dibimbing untuk mengembangkan kekuatan badan bagian atas, dan sangat berguna untuk memelihara berat badanya.

Dalam permainan olahraga, anak-anak pada usia ini sudah siap untuk menggunakan alat pemukul seperti raket atau bat. Semua olahraga kompetitif menjadi sangat menarik baginya. Inilah waktu yang sangat baik untuk melatih senam. Tentunya harus dalam pengawasan pelatih yang baik dan sabar, karena ada beberapa gerakan yang menakutkan bagi anak pada usia ini, misalnya gerakan jungkir balik.


  • Usia sembilan sampai dua belas tahun

Terjadi pertumbuhan yang cepat dan peningkatan kekuatan. Anak putri waktu pertumbuhanya lebih awal 1-2 tahun. Koordinasi tangan mata lebiih baik, demikian pula gerakan otot yang kecil.

Dianjurkan memberikan sebanyak mungkin latihan cabang olahraga untuk mengembangkan kecepatan maupun gerakan dinamis (senam, lari cepat, loncat indah, tennis meja, basket, skating, dll). Anak berkesempatan mempelajari perinsip-perinsip dasar teknik dan alat tubuh secara keseluruhan.

Pada akhir usia ini terdapat perbedaan perhatian macam olahraga antara pria dan wanita dan anak memandang bahwa ukuran fisik menentukan. Berhasil atau tidaknya suatu latihan pada masa ini dapat mengakibattkan fiksasi menetap, hambatan, sikap negatif terhadap olahraga ( Astrand dan Rodahl, 1970; Vries, 1971; Bailey,1973; Morehouse; dan Miller, 1976).


3. Olahraga bagi usia sekolah menengah usia tiga belas sampai lima belas tahun

Merupakan masa penelitian diri sendiri terhadap latihan olahraga. Pertumbuhan jaringan telah berhenti pada masa ini, akan tetapi tulang dan ligamen belum cukup kuat untuk beban latihan yang berat. Kecelakaan sering terjadi pada tulang panjang di daerah discus epiphyseus ( Warl, 1979). Sedang frekuensi kecelakaan tinggi pada sepak bola dan angkat besi, rendah pada tenis dan berenang. (Sarrick & Requa, 1978)

Kamis, 12 November 2015

Pengaruh memarahi anak dan perceraian

Pengaruh Buruk Kemarahan Orang Tua Terhadap Sikap Anak

TERIAKAN bocah malang itu tidak juga menghentikan gerakan tangan sang ayah untuk berhenti memukuli tubuh ringkihnya. Barulah setelah tubuh itu diam tak bergerak, kesadaran si ayah langsung pulih. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, nyawa pun melayang sia-sia.

Itu bukan cerita rekaan, tapi benar terjadi Desember 1984. Kasus penganiayaan terhadap Arie Hanggara yang dilakukan ayahnya, menjadi cerita memilukan. Bahkan sempat diangkat ke layar perak.

Arie menjadi korban kekerasan ayahnya yang menyebabkan nyawanya melayang. Ternyata Arie bukan anak terakhir yang mengalami nasib memilukan ini. Penyiksaan anak (child abuse) malah terjadi sepanjang tahun. Bahkan UNICEF pada 2003 melansir laporan sebanyak 3.500 anak berusia kurang dari 15 tahun tewas setiap tahun akibat perlakukan kejam.

Riset yang dilakukan UNICEF di beberapa negara itu juga menunjukkan tingkat kekerasan yang berakhir dengan kematian terjadi di negara-negara kawasan Amerika, Eropa, Pasifik, tergolong tinggi, seperti di AS, Meksiko, Portugal, Belgia, Ceko, Hongaria, Prancis, dan Selandia Baru. Namun Spanyol, Yunani, Italia, Irlandia, dan Norwegia justru tergolong rendah.

Dari temuan UNICEF, ada dua faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak. Pertama, stres dan kemiskinan. Kemudian rumah tangga yang kerap diwarnai kekerasan antara suami dan istri.

Bentuk kekerasan yang tidak tepat bisa berpengaruh buruk pada anak dalam jangka panjang. Makian kasar seperti “dasar anak sial” atau “dasar anak nakal” akan terekam kuat dalam diri si anak.

Anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.

“Marah merupakan hal yang normal, tapi kemarahan yang tidak tepat bisa memengaruhi kondisi psikis dan fisik anak,” ujar psikolog dari Jagadnita, Diah P Paramita dalam acara bertajuk ‘Seni bertengkar sehat dengan anak’ di Jakarta, Sabtu (30/8).

Sedangkan psikolog dari Medicare Clinic Anna Surti Ariani menambahkan, tindakan seperti mencubit atau memukul sedapat mungkin dihindari, karena sama sekali tidak perlu. “Asalkan menguasai teknik-teknik mendisiplinkan anak, 50% kenakalan anak akan teratasi,” katanya.

Menurut Nina, begitu ia disapa, mendisiplinkan anak balita harus secara konkret, seperti menunjukkan wajah cemberut. Pada usia ini mereka cenderung meniru. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Sedangkan pada anak usia SD disarankan menggunakan metode broken record (piringan hitam rusak). “Ibarat piringan hitam rusak, ucapkan apa yang diinginkan orang tua berulang-ulang,” jelas Nina.

Diah pun menambahkan, marah yang bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan agar perbuatan serupa tidak terulang lagi. Kemarahan yang diekspresikan secara tidak tepat, akan memengaruhi kemampuan orang tua dalam menerapkan disiplin dan memengaruhi hubungan orang tua dengan anak.

Marah yang diikuti pemukulan menimbulkan luka batin, benci terhadap orang tua, rendah diri, antisosial, dan suka berkelahi. “Anak-anak suka meniru, kalau dipukul akan balas memukul. Selain itu memukul tidak mengubah perilaku,” sambung Diah.

Child Right Information Network–sebuah organisasi yang peduli pada nasib anak-anak– memaparkan pemukulan terhadap anak-anak (baik dengan tangan, ikat pinggang, tongkat, atau sepatu), menendang, melempar, mengguncang-guncangkan tubuh anak, mencakar, menggigit, menyuruh anak diam dalam posisi yang membuatnya tidak nyaman, bila terjadi di Eropa dapat dikenai tuduhan melakukan tindakan kriminal. Austria, Denmark, Finlandia, Islandia, Jerman, Norwegia, dan Swedia memiliki UU yang melarang keras penyiksaan fisik terhadap anak-anak.

Kekesalan orang tua bisa berdampak pada anak. Maka dari itu, orang tua harus menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Menurut Diah, orang tua bisa mengikuti terapi untuk mengatasi kemarahan di masa lalu.

Selanjutnya melakukan identifikasi masalah di masa lalu. “Anak yang ibunya sering sekali marah akan sulit untuk disiplin,” tegasnya.

Dalam dialog tersebut juga terungkap bahwa anak yang dekat dengan orang tuanya akan jarang marah. Bila hubungan itu harmonis dan akrab, orang tua lebih mengenal karakter anak sehingga dapat menghindari kondisi pemicu pertengkaran. Diah menyarankan menarik napas setiap kali hendak marah. “Kondisikan diri untuk tidak memerhatikan hal-hal kecil yang bisa membuat marah.”

Agar hubungan orang tua-anak harmonis tingkatkan pendekatan dengan melakukan kegiatan bersama. Kemudian memberi contoh/sikap yang baik bisa meningkatkan rasa percaya diri. Meluangkan waktu untuk bermain bersama, dan memberikan tanggung jawab, membuat anak merasa spesial. “Ajak anak menyiram tanaman biarkan anak memegang selang air,” jelas Diah memberi contoh.

Selain hal yang diungkapkan di atas, Diah menyarankan orang tua menjalin komunikasi nonverbal. Yakni melakukan kontak mata saat berbicara, sikap tubuh sejajar saat berbicara (sambil duduk atau jongkok), rendahkan nada suara, berikan pelukan dan sentuhan lembut pada kepala sebagai tanda berbaikan usai memarahi.

Dampak dan Saran bagi Anak dengan Orang tua yang Bercerai

Setiap manusia dewasa memiliki tugas perkembangan, salah satunya adalah menikah. Tak satupun manusia yang merencanakan perceraian saat baru melangsungkan pernikahan. Namun, tidak bisa dipungkiri kalau perceraian dapat terjadi saat sepasang suami istri tidak dapat lagi menyatukan visi dalam membangun bahtera rumah tangga. Saat perceraian terjadi, bukan hanya pasangan suami istri yang menerima dampaknya. Bila mereka telah memiliki anak, anaklah yang menjadi korban. Kebingungan anak atas perpisahan orang tuanya serta rasa bersalah saat salah satu orang tua meninggalkannya dapat berakibat buruk bagi perkembangan psikologis anak.

Dampak perceraian pada anak diuraikan sebagai berikut:
1. Depresi
Awalnya, anak merasa tidak aman (insecure) karena ada salah satu orang tua yang tidak lagi tinggal bersamanya, lalu muncul rasa sedih, kesepian. Bisa saja anak merasa bersalah atas kepergian salah satu orang tuanya. Bila kondisi ini tidak cepat ditangani, kemungkinan besar anak bisa menjadi depresi akibat perceraian orang tuanya. Depresi adalah salah satu gejala yang paling umum terlihat pada anak, ketika orang tua mereka berpisah. Anak akan mulai mengisolasi diri dalam dunia mereka dan menjauhi hal-hal yang biasa dilakukan oleh anak seusia mereka, bahkan hingga bunuh diri.
2. Cenderung berperilaku kasar
Perilaku ini muncul karena anak mulai merasa seolah-olah dirinya ditipu oleh orang tuanya. Selain itu, dia juga bersikap demikian untuk menarik perhatian kedua orang tuanya. Dia berharap bahwa apa yang dilakukannya bisa kembali mempersatukan keluarganya.
3. Sulit fokus
Perceraian memberi dampak buruk pada performa anak, terutama untuk prestasinya di sekolah. Itu dikarenakan dia terus memikirkan tentang perceraian orang tuanya, sehingga dia tidak dapat fokus pada hal lain. Jika terus dibiarkan, prestasi anak akan terus menurun dan bahkan hancur.
4. Kehilangan rasa hormat
Hal ini sering terjadi pada anak-anak yang beranjak dewasa atau masih remaja. Perceraian itu membuat mereka kehilangan rasa hormat mereka terhadap orang tua. Mereka bahkan berani menyalahkan orang tua mereka, karena dinilai telah merusak kehidupan mereka. Selain itu, anak juga acapkali dijadikan bahan lelucon di sekolahnya karena masalah perceraian orang tua. Akibatnya, anak pun melampiaskan semua kemarahannya kepada orang tuanya.
5. Memilih jalan yang salah
Sebagian anak yang menjadi korban perceraian memutuskan (atau terpaksa) untuk memilih jalan yang salah, termasuk penyalahgunaan narkoba dan alkohol, pelecehan seks, dan hal buruk lainnya. Mereka kadang-kadang melakukannya sebagai bentuk pelarian terhadap kenyataan.
Inilah dampak buruk perceraian pada anak. Meski tidak semua anak terjerumus ke jalan yang salah karena perceraian, orang tua harus lebih berhati-hati dalam memberi pengertian ke anak. Jika perceraian menjadi jalan satu-satunya untuk masalah Anda, pikirkan bagaimana nasib anak ke depannya.
Dampak buruk perceraian bagi anak dapat diminimalisir dengan beberapa cara:
1. Melibatkan anak dalam diskusi mengenai persoalan yang dihadapi orang tua (dengan bahasa yang dipahami oleh anak). Jelaskan bahwa orang tuanya tidak dapat lagi tinggal bersama namun tetap menyayangi sang anak. Sehingga, anak tidak merasa bersalah dengan perpisahan orang tuanya.
2. Tetap menjalin komunikasi dengan anak. Meskipun tidak bisa seintensif saat belum bercerai, setidaknya, pastikan bisa tepati janji terhadap anak. Mengingkari janji terhadap anak dapat menyebabkan anak merasa tidak diinginkan lagi oleh orang tuanya.
3. Jangan saling menjelekkan mantan pasangan pada anak. Meskipun perceraian terjadi disebabkan karena hal yang buruk, namun, upayakan untuk tetap bersikap saling menghargai. Hal ini dapat membuat anak tetap menjaga rasa hormatnya pada orang tuanya. Ingat, tak ada bekas anak, Seburuk apapun mantan pasangan, ia tetaplah salah satu orang tuanya. 
4. Rasa kecewa terhadap perceraian orang tua, dapat hilang perlahan saat anak bisa melihat dan merasakan orang tuanya tetap menyayanginya, dan tetap menjalin komunikasi yang hangat dengan sang anak. Tanamkan pada anak, bahwa meskipun orang tuanya tidak lagi bersama, dan anak tidak tinggal bersama dengannya, namun anak tetap memiliki orang tua yang utuh yang tetap dekat dan sayang padanya.
5. Tetap arahkan anak dalam bergaul. Jaga komunikasi dan keterbukaan dengan anak. Selalu libatkan anak saat mengambil keputusan, termasuk saat orang tua hendak menikah lagi dengan orang lain. Mendengarkan pendapat dan berdiskusi mengenai kehidupan dapat membuat anak tetap merasa dianggap ada.


Senin, 09 November 2015

Melatih Anak Cinta Al-Qur’an

"Cinta Quran"
Melatih anak dekat dan cinta Al-Qur’an bukan mustahil tapi tidak juga semudah kita membalikkan telapak tangan. Dan semisal sudah hapal pun, menjaga agar anak tetap berdekatan dengan Kitabullah adalah sebuah tantangan yang tidaklah mudah dilewati.
Butuh sabar, telaten, terencana, bertarget. Saya ingin berbagi kisah tentang Hafshoh. Anak pertama saya. Usianya 2 tahun 7 bulan. Menginjak usianya yang hampir menyentuh tahun ke-3, dia menghapal Al-Zalzalah sekarang. Alhamdulillah.
Sejujurnya, saya tidaklah pernah terpikir bahwa anak seperti Hafshoh bisa. Tidak, sampai saya menonton Musa di usia 5 th 10 bulan dengan 29 juz di kepalanya, seorang hafidz cilik dari Bangka. Melalui video dari Rodja TV saya akhirnya mendapat tips-tips tentang mendidik anak cinta Al-Qur’an. Ayahnya menceritakan bagaimana dia memulai mengajarinya sejak usia yang sangat tidak terpikir dia akan hapal. Bahkan memang sebelum lahir pun anak sudah dikenalkan Al-Qur’an; dengan cara ibunya sering-sering membaca Al-Qur’an (ni sudah saya tahu sebelum saya menonton hafidz cilik tersebut).
Hapal Al-Qur’an nya Imam besar dahulu bukanlah sebuah dongeng. Zaman sekarang, dimana segalanya bisa dikatahui hanya lewat pencetan jari, hafidz cilik bisa tetap dibentuk.
Sewaktu melihat Musa, saya sempat berpikir, Hafshoh bisa gak ya?
Usia 1 tahun mendekati tahun ke 2, Hafshoh sempat kami talqin frasa surat An-Naas. “Qul a’uudzu” secara berulang. Tapi responnya negative. Ah, saya sempat berpikir, mungkin hanya orang tertentu saja. Di tengah pasrahnya saya, kami; orang tuanya tidak berhenti untuk tetap membacakan Al-Fatihah ketika dia mau tidur, bermain, dan waktu-waktu yang memungkinkan lainnya. Usia 2 tahun ketika saya pulang kampung, di tengah jalan kembali ke Bombana, di mobil angkot, Hafshoh mengantuk. Saya sempat kaget, karena pada saat matanya sayu, dia membaca Al Fatihah dengan lancar sampai tertidur.
Saya sempat berpikir kok bisa yah?
Abuha (ayahnya-ed) pun begitu, sewaktu mau tidur, Hafshoh membacakan abuha surat pembuka Al-Qur’an tersebut.
Akhirnya…
Investigasi ini menghasilkan beberapa kesimpulan:
Pertama; Hafshoh tipe anak yang dibacakan berulang-ulang dan dengan itu dia menerima dan mampu mengulangi. Dan perlu pula diketahui bahwa anak memiliki ingatan yang kuat.
Anak-anak pada fase pertama memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan untuk menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti menghafal al-Quran al-Karim dan sunah nabi yang suci serta menanamkan aqidah yang benar. (Salim Sholih Ahmad Ibn Madhi. 2011. 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama. IslamHouse.com hal. 23)
Kedua; kalau metodenya tidak sesuai dengan gaya belajarnya, hasilnya tidak akan maksimal (lihat metode pertama, talqin per frasa tidak berhasil untuknya).
Ketiga; kalau Hafshoh bisa, masa anak lain tidak bisa? Coba lihat anak sekeliling yang bisa menyanyikan lagu-lagu yang sering mereka dengar? Apalagi Al-Qur’an?
Keempat; jangan patah semangat.
Kelima; anda boleh mencoba metode ini jika sesuai dengan gaya belajar anak anda. Bacakan surat target pada saat dia bermain, tidur, perdengarkan murottal surat target ketika dia makan, dll. Kalau untuk Hafshoh, kalau dia lagi semangat, biasanya 3 atau 4 hari sudah bisa dia hapal. Semakin hari, dia akan semakin baik insyaAllah.
Jangan lupa, sering perlihatkan anak anda video anak penghafal Qur’an. Hindari music, lagu, dan film-film kartun yang tidak mendidik. Bahkan lebih baik jika kotak segiempat itu di lewati saja acara kartunnya. Satu keuntungan, di kos saya tidak ada TV, jadi Hafshoh mana bisa melotot nonton kartun tiap hari.
Hanya saja, sekarang yang jadi PR bagi kami adalah murojaahnya (pengulangan hafalannya -ed). Kadang dia tidak mau murojaah. Mau lanjut-lanjut terus. Aduh, mana bisa? I must find another way. Ada yang punya saran? Apa cerita Bunda?
Wa Saripah Ummu Hafshoh
20 Maret 2015

QRIS KCI

QRIS KCI

Anchor Rinaldi KCI

Lokasi Kegiatan

Pengunjung

Populer

Diberdayakan oleh Blogger.