Di Mulai dari Kampung ikut mencerdaskan Bangsa

Sabtu, 10 Mei 2025

"Ayah, Kenapa Bunda Tidak Berjilbab?" — Sebuah Obrolan Tentang Ajakan Seorang Anak Kepada Bundanya



“Ayah, kenapa Bunda tidak pakai jilbab?” tanyanya sambil menyuapkan nasi ke mulut bonekanya. Kalimat itu datang tiba-tiba, tapi tidak asal lewat.

Aku terdiam sejenak. Pertanyaannya sederhana, polos, tapi punya muatan yang besar. Ia hanya seorang anak perempuan yang sedang belajar tentang dunia, tentang iman, dan tentang bagaimana orang-orang di sekelilingnya membuat pilihan. Aku tahu, ini bukan cuma soal kain yang menutupi kepala. Ini tentang cara kami menjelaskan nilai, iman, dan cinta — tanpa menghakimi dan tanpa memaksakan.

Saat Pertanyaan Datang, Aku Belajar Mendengarkan

Aku menatap matanya yang bulat dan jernih. Ia tidak bertanya karena ingin membanding-bandingkan, apalagi menghakimi. Ia hanya ingin tahu. Mungkin ia pernah mendengar di sekolah, dari teman, atau dari cerita-cerita yang kami bacakan. Dan kini, ia ingin memahami dunia dengan logikanya sendiri.

Dalam hati, aku bergulat. Haruskah aku menjawab ini dengan dalil panjang? Haruskah aku memberi penilaian terhadap pilihan ibunya? Atau… ini justru kesempatan untuk mengajarinya sesuatu yang lebih penting: bagaimana cara berbicara dengan cinta.

“Nak, Kamu Boleh Mengajak, Tapi Tidak Menghakimi”

Akhirnya aku berkata:

“Nak, memakai jilbab adalah anjuran dalam agama kita, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi setiap orang punya perjalanan imannya masing-masing. Bunda, seperti semua orang, sedang dalam perjalanannya juga. Kamu boleh, dan bahkan baik, jika ingin mengajak Bunda dengan lembut. Tapi ajakan itu harus datang dari cinta, bukan paksaan.”

Ia mengangguk kecil, seolah menangkap sebagian besar maksudku. Lalu ia bertanya lagi, “Kalau aku nanti pakai jilbab, Bunda marah nggak?”

Aku tersenyum, memeluknya.

“Bunda akan bangga. Karena kamu sudah memilih dengan hatimu. Dan kamu juga harus belajar, kalau pilihan orang lain tidak selalu sama dengan pilihanmu — tapi itu tidak membuat mereka jadi lebih buruk darimu.”

Di Dalam Rumah, Kami Belajar Bertumbuh Bersama

Anak-anak adalah peniru ulung. Tapi lebih dari itu, mereka adalah pengamat yang tajam. Mereka belajar bukan hanya dari buku agama atau guru di sekolah — tapi dari cara ayahnya menjawab, dari cara ibunya bersikap, dari cara keluarga menanggapi perbedaan.

Dalam obrolan singkat itu, aku berharap ia belajar tiga hal: bahwa agama adalah perjalanan, bahwa cinta tidak pernah memaksa, dan bahwa keluarga adalah tempat terbaik untuk bertanya — bahkan untuk hal-hal yang paling sensitif sekalipun.

Menanamkan Nilai, Bukan Hanya Aturan

Kami ingin membesarkan anak yang paham bahwa dalam hidup ini, tidak semua hal hitam dan putih. Ada banyak warna di antaranya. Dan tugas kita sebagai orang tua bukan hanya menunjukkan mana yang benar, tapi juga bagaimana cara menyampaikan kebenaran dengan kasih.

Kami ingin ia tumbuh menjadi pribadi yang bisa mengajak, tanpa menyakiti. Yang bisa berbeda, tanpa merasa lebih baik. Dan yang bisa taat, tanpa merendahkan.

Ajakan dari Anak Adalah Doa yang Tulus

Ketika anak mengajak bundanya untuk mengenakan jilbab, itu bukan kritik, bukan penolakan — itu doa dalam bentuk yang paling polos. Tapi doa juga harus dibarengi dengan penghormatan pada proses orang lain.

Semoga kelak, jika Bunda memutuskan untuk mengenakan jilbab, itu bukan karena tekanan, melainkan karena ajakan yang penuh cinta dari seorang anak — dan karena keyakinan yang tumbuh dari hati.


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar kirim ke email kami :)

QRIS KCI

QRIS KCI

Anchor Rinaldi KCI

Lokasi Kegiatan

Pengunjung

Populer

Diberdayakan oleh Blogger.