"Apa Harapan Ayah untuk Aku?" — Sebuah Percakapan Saat Senja
Senja itu datang dengan tenangnya. Langit berubah warna, dari biru muda menjadi jingga keemasan. Angin sore membelai lembut rambut putriku yang duduk di sampingku. Ia menggenggam jari-jariku yang mulai mengeras oleh usia dan kerja. Lalu ia bertanya, dengan suara pelan yang terdengar seperti doa,
“Ayah, apa sih harapan Ayah buat aku nanti?”
Aku terdiam sejenak. Bukan karena tidak tahu jawabannya. Tapi karena pertanyaan itu, walau singkat, menyentuh ruang terdalam dalam diriku sebagai ayah.
Bukan Tentang Sukses atau Jabatan Tinggi
Nak, banyak orang tua berharap anaknya menjadi orang sukses — punya jabatan tinggi, harta berlimpah, gelar yang panjang. Tapi harapan Ayah berbeda.
Ayah tidak akan kecewa jika kamu tidak jadi orang terkaya di dunia. Tapi Ayah akan sedih jika kamu kehilangan rasa syukur dan empati di hatimu. Harapan Ayah adalah agar kamu tetap tahu bagaimana caranya menjadi manusia — yang tahu kapan harus berjuang, kapan harus memaafkan, dan kapan harus bersyukur.
Jadilah Perempuan yang Punya Prinsip, Tapi Lembut Hatinya
Dunia ini tidak selalu adil, Nak. Tapi Ayah harap kamu tetap bisa berdiri tegak dengan nilai-nilai yang kamu pegang. Jangan mudah ikut arus hanya demi diterima. Tapi juga jangan keras hati hingga lupa bagaimana cara mendengar.
Jadilah seperti bunga yang kuat akarnya, tapi tetap wangi dan mekar saat disentuh lembut oleh angin.
Jangan Takut Gagal, Asal Kamu Mau Bangkit
Ayah tidak berharap hidupmu lurus dan tanpa luka. Ayah tahu kamu akan terjatuh, terluka, mungkin menangis sendirian di malam hari. Tapi Ayah harap kamu tidak menyerah. Kamu boleh gagal, tapi jangan pernah kehilangan keberanian untuk mencoba lagi.
Ingat, kamu tidak harus selalu kuat. Tapi kamu harus selalu jujur pada dirimu sendiri.
Dan Kelak, Jika Kamu Menjadi Ibu…
Jika Tuhan mempercayakanmu menjadi seorang ibu kelak, Ayah hanya punya satu harapan: cintailah anakmu sebagaimana kamu dicintai — dengan doa yang tidak pernah putus, dengan pelukan yang tidak pernah menuntut balasan.
Penutup: Senja Akan Datang dan Pergi, Tapi Harapan Ayah Selalu Ada
Senja hari itu, kamu hanya bertanya satu hal. Tapi bagi Ayah, pertanyaanmu membuka pintu pada ribuan harapan kecil yang selama ini Ayah simpan diam-diam.
Harapan itu tidak akan Ayah paksakan padamu. Tapi Ayah akan terus doakan, dengan diam yang panjang, dengan senyum yang lirih, setiap kali kamu melangkah — agar kamu tahu, di mana pun kamu berada, ada satu hati yang selalu percaya padamu.