Perkembangan anak
PERKEMBANGAN ANAK KETIKA SERING DIMARAHI
Orang tua, berhentilah sering memarahi anak Anda! Ini adalah hal yang sangat penting diperhatikan karena menyangkut bagaimana anak Anda dapat tumbuh dan berkembang dengan baik untuk masa depannya.
Kadang kala sebagai orang tua, kita sepertinya akan kesulitan untuk menahan rasa marah pada anak, terlebih jika mereka sudah rewel dengan berbagai permintaan ini itu, atau misalnya mereka selalu saja berisik saat bermain sementara kita sedang lelah dan ingin istirahat.
Itulah tantangan bagi kita, para orang tua; menahan diri untuk tidak sering marah-marah kepada anak. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bagaimana pengaruh penting setiap “kelakukan orang tua” terhadap anak-anak mereka. Masa anak-anak adalah masa yang penuh dengan perkembangan dan pertumbuhan.
Kematian sel-sel otak hanyalah satu dari sekian banyak dampak negatif bagi anak yang sering dimarahi orang-orang di lingkungannya, terutama orang tuanya sendiri. Selain itu, ada juga dampak negatif secara psikologis, seperti penurunan kepercayaan diri, depresi atau pun trauma.
Menurut play terapist, Dra Mayke S Tedjasaputra Msi, keseringan memarahi anak di usia tumbuh kembang bisa berdampak pada dua hal. Pertama bisa menyebabkan anak menjadi pasif karena akan selalu memilih lebih baik diam daripada dimarahi, dan kedua bisa membuat anak malah memberikan respon melawan.
Anak-anak yang sering kena marah cenderung akan berpikir bahwa penyebab dia dimarahi adalah karena melakukan kesalahan. Semakin sering anak dimarahi, maka semakin kuat opini pada diri anak bahwa semua tindakannya adalah salah. Ujung-ujungnya, anak akan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, takut melakukan hal-hal baru dan sebagainya.
Selain itu, tekanan mental atau depresi, bisa saja terjadi pada anak yang sering sekali dimarahi. Anak akan menjadi pemurung, jarang tertawa dan kurang bahagia. Malah, pada beberapa kasus, anak akan cenderung pemarah dan gemar melakukan tindakan kekerasan, baik secara fisik ataupun verbal. Hal ini akan terjadi hingga masa dewasanya kelak.
Anak juga bisa mengalami trauma jika keseringan kena marah, apalagi jika kekerasan verbal yang terjadi disertai dengan pemberian julukan (labelling) yang kasar atau tidak pantas seperti “anak nakal”, “anak bodoh”, “anak tidak berguna”, “anak kurang ajar” dan julukan-julukan negatif sebagainya. Trauma menyebabkan anak akan kehilangan inisiatif untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapinya.
Sebuah penelitian lain yang dipimpin oleh Dr Ming-Te Wang dari University of Pittsburgh, diterbitkan dalam jurnal Child Development, mendapatkan kesimpulan bahwa mendisiplinkan anak melalui kata-kata juga bisa memengaruhi pertumbuhan mereka. Meskipun orang tua dekat dengan anak, ucapan yang kasar dan teriakan yang dilontarkan bisa meningkatkan risiko depresi dan perilaku buruk pada anak.
Berteriak justru sama buruk dan kejamnya seperti memukul anak. Perlakuan tersebut bisa membuat anak semakin berperilaku buruk dan bisa mengalami masalah emosional seperti depresi dan trauma.
Sungguh sulit membayangkan seorang anak di masa-masa kecilnya sudah kehilangan kepercayaan diri, mengalami depresi atau trauma, akibat ulah orang tuanya sendiri! Karena itu, mulai saat ini berhentilah selalu marah-marah pada anak Anda!
Mari selamatkan masa depan mereka dengan memberikannya lingkungan yang mendukung penuh perkembangan otak mereka, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas sesuai harapan kita.
PERKEMBANGAN ANAK KETIKA ORANGTUA BERCERAI
Berbagai dampak perceraian telah banyak diketahui bahwa efek terbesar perceraian terjadi pada anak. Efek tersebar tersebut juga sebagian besar efeknya merupakan efek negative.
Anak yang orangtuanya bercerai besar kemungkinan akan memiliki hubungan romantic yang buruk di masa yang akan datang. Anak dari yang orangtua bercerai memiliki kecendrungan yang lebih tinggi pula untuk bercerai ketika mereka menikah.
Tidak hanya anak dengan orang tua yang bercerai, anak dengan orang tua yang sering berselisih juga mengalami berbagai permasalahan yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Efek yang lebih buruk ditemukan pada anak yang tumbuh di keluarga dengan konflik yang berkepanjangan dibandingkan anak yang orangtuanya mengalami perceraian.
Anak yang orangtuanya sering berselisih memiliki kecendrungan yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kepercayaan diri. Masalah kepercayaan diri tersebut juga akan terus terjadi hingga anak beranjak dewasa. Selain masalah kepercayaan diri, masalah lain yang muncul akibat perselisihan orangtua adalah rendahnya prestasi sekolah, renggangnya hubungan anak dengan orangtua, dan buruknya hubungan romantis dikemudian hari.
Berbagai permasalahan yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa konflik orang tua sangat mempengaruhi berbagai area perkembangan anak. Di sisi lain, anak yang orangtuanya bercerai memiliki kecendrungan untuk lebih dewasa dan mandiri dari anak se-usianya. Hal ini disebabkan karena adanya ‘tuntutan’ dari lingkungan untuk lebih memahami situasi dan kondisi keluarganya. Hal yang tidak dialami oleh banyak orang.
Pada dasarnya, tidak ada yang menginginkan perceraian. Namun demikian, hal tersebut sering tidak bisa dihindarkan. Jika orang tua Anda bercerai, hal utama yang harus dilakukan adalah dengan menanamkan kepercayaan pada diri anda sendiri bahwa apa yang terjadi kepada orang tua Anda belum tentu akan Anda alami. Selalu tanamkan bahwa Anda akan memiliki hubungan romantis yang ‘lebih sukses’ dibanding apa yang orang tua Anda alami.
Di sisi lain, apabila Anda orang tua yang sedang memikirkan kemungkinan untuk bercerai, cobalah untuk kembali mendahulukan kepentingan keluarga. Jika memang tidak bisa dihindarkan, hal – hal yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir efek perceraian pada anak adalah:
- Berikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya terhadap perceraian orang tua agar anak merasa bahwa orang tua memperhatikannya.
- Menjalin hubungan dan komunikasi dengan mantan pasangan anda agar memperlihatkan pada anak bahwa hubungan antara kedua orang tua berjalan dengan baik walaupun telah berpisah. Dengan memperlihatkan hubungan baik tersebut menghindari anak bersifat negatif terhadap perkawinan dan kedua orang tuanya.
- Tetap melakukan kegiatan rutin dengan anak seperti mengantar anak ke sekolah atau mengajak pergi ketika libur sekolah Walaupun orang tua telah bercerai bukan berarti kebiasaan-kebiasaan tersebut hilang.
apabila Anda di posisi anak yang orangtuanya bercerai, tananamkan kepercayaan pada diri anda sendiri bahwa apa yang terjadi kepada orang tua Anda belum tentu akan Anda alami. Untuk orangtua, cobalah untuk kembali mendahulukan kepentingan keluarga.
Anak yang orangtuanya bercerai besar kemungkinan akan memiliki hubungan romantic yang buruk di masa yang akan datang. Anak dari yang orangtua bercerai memiliki kecendrungan yang lebih tinggi pula untuk bercerai ketika mereka menikah.
Tidak hanya anak dengan orang tua yang bercerai, anak dengan orang tua yang sering berselisih juga mengalami berbagai permasalahan yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Efek yang lebih buruk ditemukan pada anak yang tumbuh di keluarga dengan konflik yang berkepanjangan dibandingkan anak yang orangtuanya mengalami perceraian.
Anak yang orangtuanya sering berselisih memiliki kecendrungan yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kepercayaan diri. Masalah kepercayaan diri tersebut juga akan terus terjadi hingga anak beranjak dewasa. Selain masalah kepercayaan diri, masalah lain yang muncul akibat perselisihan orangtua adalah rendahnya prestasi sekolah, renggangnya hubungan anak dengan orangtua, dan buruknya hubungan romantis dikemudian hari.
Berbagai permasalahan yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa konflik orang tua sangat mempengaruhi berbagai area perkembangan anak. Di sisi lain, anak yang orangtuanya bercerai memiliki kecendrungan untuk lebih dewasa dan mandiri dari anak se-usianya. Hal ini disebabkan karena adanya ‘tuntutan’ dari lingkungan untuk lebih memahami situasi dan kondisi keluarganya. Hal yang tidak dialami oleh banyak orang.
Pada dasarnya, tidak ada yang menginginkan perceraian. Namun demikian, hal tersebut sering tidak bisa dihindarkan. Jika orang tua Anda bercerai, hal utama yang harus dilakukan adalah dengan menanamkan kepercayaan pada diri anda sendiri bahwa apa yang terjadi kepada orang tua Anda belum tentu akan Anda alami. Selalu tanamkan bahwa Anda akan memiliki hubungan romantis yang ‘lebih sukses’ dibanding apa yang orang tua Anda alami.
Di sisi lain, apabila Anda orang tua yang sedang memikirkan kemungkinan untuk bercerai, cobalah untuk kembali mendahulukan kepentingan keluarga. Jika memang tidak bisa dihindarkan, hal – hal yang dapat Anda lakukan untuk meminimalisir efek perceraian pada anak adalah:
- Berikan kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya terhadap perceraian orang tua agar anak merasa bahwa orang tua memperhatikannya.
- Menjalin hubungan dan komunikasi dengan mantan pasangan anda agar memperlihatkan pada anak bahwa hubungan antara kedua orang tua berjalan dengan baik walaupun telah berpisah. Dengan memperlihatkan hubungan baik tersebut menghindari anak bersifat negatif terhadap perkawinan dan kedua orang tuanya.
- Tetap melakukan kegiatan rutin dengan anak seperti mengantar anak ke sekolah atau mengajak pergi ketika libur sekolah Walaupun orang tua telah bercerai bukan berarti kebiasaan-kebiasaan tersebut hilang.
apabila Anda di posisi anak yang orangtuanya bercerai, tananamkan kepercayaan pada diri anda sendiri bahwa apa yang terjadi kepada orang tua Anda belum tentu akan Anda alami. Untuk orangtua, cobalah untuk kembali mendahulukan kepentingan keluarga.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar kirim ke email kami :)